Pixabay |
Laut memang kerap
menampilkan kecantikannya. Ia sering menampilkan keanggunan, wibawa dan
digdaya. Di dalam nyiur ombak nan melambai, kekuasaannya masih sangat terlihat.
Tepat pada 26 Mei
kemarin, Disney menayangkan film live action-nya yang berjudul The
Little Mermaid.
distractify.com |
Film yang bercerita tentang kisah cinta antara manusia dengan putri duyung ini begitu memanjakan mata. Hasil dari efek CGI berhasil menayangkan sosok lautan yang paripurna.
UNILAD.com |
Lautan yang begitu
bersih, terumbu karang yang terawat, hingga membuat berbagai ikan bersukacita.
Ombak segara yang jernih, begitu anggun menampakkan kekuatannya.
Namun kesuksesan
film ini, tidak dibarengi dengan realita saat ini. Lautan yang dipenuhi oleh
sampah, kerusakan terumbu karang yang semakin ekspansif, menambah deretan
panjang permasalahan perubahan iklim.
Pixabay |
Sebagai negara yang
dikenal dengan seribu pulau, tentu lautan memiliki peranan yang sangat penting
di negeri ini. Mulai dari pusat pariwisata, ladang mencari nafkah dan
sebagainya.
Melihat potensi bahari yang sangat mumpuni, Sandiaga Uno, Menteri Parekraf langsung melancarkan
strateginya. Melalui Instagram, @PesonaIndonesia, ia berharap kalau
Pariwisata Indonesia bisa mendunia dan menikmati keindahan bumi pertiwi.
Instagram.com/Pesona.Indonesia |
Sayangnya, gerakan
yang massive ini tidak dibarengi dengan usaha yang maksimal. Akan
tetapi, usaha untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lautan belum menjadi
agenda serius.
Di tahun 2020, jumlah
sampah plastik semakin meningkat akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB). Pandemi mengubah pola hidup masyarakat menjadi semakin konsumtif dalam
menggunakan plastik. Higienitas menjadi alasan mengapa jumlah plastik meroket
menjadi 95 persen.
Mulai dari belanja online,
penggunaan makanan kemasan, masker, belanja makanan melalui ojek daring dan
sebagainya.
Belum lagi, sampah
medis seperti masker dan sampah rumah tangga yang meningkat tajam Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup, total sampah tersebut mencapai 1.100 ton.
Sebagian besar, sampah tersebut ditemukan di laut. Tak heran, pulau plastik di Samudra
Pasifik menjadi bukti dan urgensi bumi.
Istock Photo |
Tercatat, terdapat
1000 penyu mati setiap tahunnya, akibat memakan sampah plastik. Dilansir dari
Ocean Blue Project, terdapat 52 persen penyu di dunia yang memakan plastik dan
tidak bisa tercerna di dalam perutnya.
Dari kasus
tersebut, sangatlah wajar kalau Indonesia menempati peringkat 5 dunia sebagai
sampah terbanyak di dunia.
Hal ini terjadi
karena kurangnya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Kemudian,
kurangnya wawasan publik dalam memilah sampah, mulai dari sampah organik hingga
anorganik. Akibatnya, berbagai sampah itupun menumpuk dan dibuang ke laut.
Usaha Indonesia
untuk menaikkan citra tourism semakin sulit. Isu destructive fishing
semakin menghantui dan menjadi mimpi buruk bagi bumi pertiwi. Mulai dari overfishing
hingga penggunaan bom untuk menangkap ikan, semakin mengikis keindahan dan
ekosistem biota laut.
Di tahun 2019,
tercatat terdapat 35 persen lonjakan overfishing. Sebelumnya di tahun
1974, kelebihan tangkapan ini hanya berada di 10 persen. Hal ini disebabkan oleh
tidak adanya pengawasan dan pengarahan tentang zona perairan lautan, baik dari
nelayan maupun industri perikanan.
Ini juga sangat
mempengaruhi bagaimana cara para nelayan menangkap ikan. Penggunaan bom dalam
menjaring ikan tentu sangatlah merugikan. Terumbu karang menjadi hancur dan
sulit untuk dikonservasi.
National Ocean
Service mengemukakan, setiap tahunnya terumbu karang hanya
tumbuh 0,3 cm hingga 2 centimeters, Jadi, untuk mendapatkan posisi terumbu karang
yang sempurna, dibutuhkan waktu 10,000 tahun agar lautan bisa cantik kembali.
Apalagi jumlah
terumbu karang yang masih berkondisi bagus hanya hampir sepertiga. Secara keseluruhan,
rentang kondisi terumbu karang yang masih sangat bagus hanya 6,5 persen hingga 36
persen.
Usia manusia saja
menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sekitar 75-77,5 tahun.
Artinya kita harus
melewati puluhan generasi, agar generasi selanjutnya bisa merasakan keindahan
yang sama.
Belum lagi, kasus bleaching
terumbu karang yang semakin meninggi membuat proses pertumbuhan karang menjadi
tertunda. Semakin banyak penyimpangan, semakin lama tujuan akan diraih.
Kasus bom ikan sendiri, tidak hanya terjadi oleh masyarakat sendiri. Berbagai negara ASEAN juga turut memeriahkan bursa pencurian ikan secara illegal ini.
Salah satunya
adalah Thailand. Negeri yang dikenal Gajah Putih ini, pelanggan utama dalam
kasus kriminai ini.
Pixabay |
Alasan utama mereka betah menjadi "pelanggan", adalah ketidaktegasan pemerintah dalam mengambil sikap.
Sam Phong, nelayan asal
Thailand, mengatakan kalau majikannya yang menyuruh dan menjamin mereka, ketika
mereka mencuri ikan. Ia juga menambahkan jika mereka tertangkap, maka uang bisa menjadi solusi dan
jalan keluar.
Secara tidak langsung, pencurian ikan juga ikut andil dalam meningkatkan kerusakan bahari di negeri ini. Hal ini sungguh ironis, negara ini sangat bertumpu pada hasil bumi dan pariwisata. Tetapi mengapa, laut tidak dirawat seperti anak sendiri? Ini adalah pertanyaan dan tugas besar yang harus pecahkan.
Lalu bagaimana caranya agar bisa berkontribusi? Melalui GFDP, kamu bisa berkontribusi untuk membangun negeri. Loh apa itu GFDP?
GFDP adalah Green
Fund Digital Philanthropy, yang merupakan dibawah naungan oleh Greeneration
Foundation. Greeneration Foundation sendiri didirikan oleh Mohamad Bijaksana
June Rosano, seorang founder yang sudah malang melintang di dunia eco
green. Selain itu, dia juga merupakan pendiri dan Managing Director dari
Waste4Change.
Idealismenya
terbentuk ketika SMA, dimana maraknya berita tentang masalah sampah selalu
menjadi sorotan utama. Inspirasinya semakin menguat, ketika dia memasuki bangku
kuliah.
Melalui jurusan
teknik lingkungan, ia semakin mendalami bidang ini, hingga lahirlah Greeneration
Foundation pada 2008. Saya akui, untuk menggeluti bidang yang masih blue
ocean, dibutuhkan tekad yang kuat dan pemikiran matang.
Detik.com |
Prestasinya untuk membangun negeri pertiwi pun tidak main-main. Pada tahun 2021, Greeneration Foundation berhasil melakukan pendampingan pengelolaan sampah bersama nelayan di Pantai Pulau Merah dan Pantai Pancer, Banyuwangi.
Terdapat lima aspek
yang dikembangkan yakni terbitnya sebuah regulasi untuk mengelola sampah baik
rumah tangga dan sejenisnya. Selain itu, Greeneration juga menciptakan social
entrepreneurship dengan mendirikan Sektor Kelola Sampah (SEKOLA) sebagai
infrastruktur dan fasilitas pengelolaan sampah terpadu.
Masih banyak lagi,
peran-peran konkrit yang dilakukan oleh Yayasan hijau ini. Saya pun tertarik
untuk bergabung dengannya. Melalui donasi rutin, saya bisa ikut berpartisipasi dalam
menjaga bumi.
Donasinya pun
sederhana, cukup akses ke https://donation.greeneration.org/landing-page/id.
Kamu bisa memilihnya sesuai kebutuhanmu. Hanya dengan 10 ribu rupiah, kamu bisa
berkontribusi, membantu sesama untuk merawat lingkungan.
Dokpri |
Dokpri |
Dokpri |
Pembayarannya pun
cukup mudah, bisa transfer, menggunakan e-wallet, QRIS dan sebagainya. Kamu
bisa menyumbang dimana saja dan kapan saja. Kalau kamu mau menggali info lain,
silahkan kunjungi laman Instagram mereka di @greeneration.id atau website
resminya di greeneration.org.
Sumber:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6281031/7-penyebab-kerusakan-laut-apa-saja#:~:text=Penggunaan%20air%20secara%20boros,mengandung%20berbagai%20macam%20bahan%20kimia.
https://kabar24.bisnis.com/read/20220429/79/1528842/platform-green-fund-digital-philanthropy-solusi-pembiayaan-restorasi-lingkungan
https://oceanservice.noaa.gov/education/tutorial_corals/coral04_reefs.html#:~:text=With%20growth%20rates%20of%200.3,30%2C000%2C000%20years%20to%20fully%20form.
https://kehati.or.id/problem-konservasi-di-perairan-laut-indonesia/
https://dinkes.jayapurakab.go.id/2933-2/#:~:text=Ada%20pun%20Indonesia%20sendiri%20memiliki,hidup%20di%20negara%20kita%20meningkat.
https://www.mongabay.co.id/2015/05/06/mengapa-nelayan-thailand-senang-mencuri-ikan-di-perairan-indonesia-ini-pengakuannya/
https://www.voaindonesia.com/a/hampir-sepertiga-terumbu-karang-di-indonesia-dalam-kondisi-memprihatinkan/4680976.html#:~:text=Para ilmuwan LIPI menemukan hanya,sisanya tergolong dalam kondisi baik.